Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Di dalam sebuah karyanya yang sudah populer Tsalatsatul Ushul/Tiga Landasan Utama, Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah memberikan mukadimah yang sangat penting bagi kita dalam beragama.
Beliau menjelaskan bahwa ada empat hal penting yang harus kita
pelajari; yaitu ilmu, amal, dakwah, dan sabar. Beliau pun menyebutkan
dalil atau dasarnya, yaitu firman Allah dalam surat al-‘Ashr yang sudah
kita ketahui bersama.
Allah berfirman (yang artinya), “Demi waktu. Sesungguhnya manusia
itu benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman,
beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati
dalam menetapi kesabaran.” (QS. al-‘Ashr : 1-3)
Di dalam risalah itu, beliau juga menerangkan kepada kita bahwa ilmu yang pokok untuk kita pelajari ada tiga; mengenal Allah, mengenal nabi-Nya, dan mengenal agama Islam dengan landasan dalil.
Apabila kita cermati bersama, di dalam surat tersebut Allah
menyebutkan bahwa ciri utama orang yang dikecualikan dari kerugian
adalah orang-orang yang beriman. Kemudian, apabila kita lihat kesimpulan
yang diberikan oleh Syaikh at-Tamimi bahwa yang pertama kali harus kita
pelajari adalah ilmu. Kedua hal ini sama sekali tidak mengandung
pertentangan, bahkan keduanya saling berkaitan erat.
Oleh sebab itu, setelah membawakan materi ini -di dalam risalahnya
tersebut- Syaikh juga menyebutkan perkataan Imam Bukhari rahimahullah,
Bab Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan. Dan sebagaimana sudah kita
ketahui bahwasanya iman -dalam akidah Ahlus Sunnah- merupakan perpaduan
antara ucapan dan perbuatan. Ucapan lisan dan ucapan hati. Perbuatan
hati dan perbuatan anggota badan. Iman bertambah dengan ketaatan dan
berkurang atau cacat akibat kemaksiatan.
Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa membangun keimanan yang
benar tidak bisa dilepaskan dari landasan ilmu yang benar pula. Tanpa
ilmu yang benar maka keimanan akan menyimpang dan jauh dari petunjuk
Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang
mengikuti petunjuk-Ku maka dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.”
(QS. Thaha : 123)
Oleh sebab itu pula, kita bisa melihat bahwa Imam Bukhari
rahimahullah dalam menyusun kitab yang ada di dalam Sahih-nya, maka
beliau awali dengan Kitab Bad’ul Wahyi/permulaan turunnya wahyu,
kemudian Kitab al-Iman, dan setelah itu Kitab al-‘Ilmi. Hal ini
mengisyaratkan kepada kita bahwa iman harus dilandasi dengan ilmu, yaitu
ilmu yang berasal dari wahyu; baik al-Kitab maupun as-Sunnah.
Intinya, ilmu adalah landasan bagi iman. Oleh sebab itu pula, salah
satu syarat dari syahadat laa ilaha illallah ialah harus mengetahui
maknanya. Dengan ilmu itu pula niat seorang dalam beramal akan menjadi
lurus, dan dengan lurusnya niat akan menjadi jalan menuju kelurusan
dalam beramal.
Namun, ilmu saja tidak cukup jika tidak disertai dengan amal. Oleh
sebab itu pilar kedua yang harus kita miliki untuk sukses adalah beramal
salih. Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah. Amal inilah yang
menjadi salah satu sebab masuknya hamba ke surga, setelah rahmat dan
keutamaan dari Allah tentunya.
Amal yang salih adalah amal yang ikhlas karena Allah dan dikerjakan
dengan mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kehilangan ikhlas akan menyebabkan orang termasuk kelompok pelaku
kesyirikan. Kehilangan ittiba’ atau tidak mengikuti tuntunan Nabi akan
menjadikan pelakunya termasuk dalam penganut kebid’ahan.
Pilar yang ketiga setelah ilmu dan amal ialah dakwah. Yang dimaksud
dengan dakwah di sini adalah ajakan kepada agama Allah. Berdakwah kepada
iman, tauhid, dan syari’at Islam. Memerintahkan yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar. Berdakwah kepada manusia dengan cara yang
hikmah, nasihat yang baik dan kalau perlu diadakan diskusi dan
perdebatan dengan metode yang terbaik. Untuk dakwah ini pun dibutuhkan
ilmu. Tanpa ilmu, seorang akan lebih banyak merusak daripada
memperbaiki.
Pilar yang keempat yaitu sabar. Digambarkan oleh para ulama kita
bahwa sabar dalam keimanan laksana kepala bagi anggota badan. Apabila
kepalanya hilang maka tidak ada lagi nyawa di badan. Demikianlah sabar,
apabila sabar itu lenyap maka lenyap pula keimanan. Karena sabar itu
mencakup tiga bagian; sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi
maksiat, dan sabar ketika tertimpa musibah.
Diantara bentuk kesabaran yang sangat penting dan ditekankan oleh
para ulama ialah sabar dalam menimba ilmu, sabar dalam mengamalkan ilmu,
dan sabar dalam berdakwah. Karena sudah menjadi sunnatullah bahwa para
da’i akan mendapatkan gangguan dan rintangan di jalan Allah. Namun
mereka harus tetap bersabar hingga datangnya pertolongan Allah. Karena
sesungguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang dengan tulus dan
ikhlas berjuang menolong agama-Nya.
Demikian pula diantara bentuk kesabaran yang sangat kita butuhkan dan
telah menjadi ujian besar bagi umat Islam di sepanjang perjalanan
sejarah ialah bersabar dalam menghadapi penguasa yang zalim. Karena
sabar dalam menghadapi mereka adalah salah satu pokok diantara
pokok-pokok akidah Ahlus Sunnah, sebagaimana ditegaskan oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.
Kita telah melihat bersama dalam sejarah, bagaimana Imam Ahmad bin
Hanbal seorang imam panutan dan pembela dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah
harus dipenjara selama tiga periode pemerintahan, beliau disiksa,
dicambuk dan mendapatkan tekanan sedemikian rupa supaya meninggalkan
salah satu akidah Islam tentang al-Qur’an.
Meskipun demikian beliau tetap bersabar dan tidak mau memberontak
kepada penguasa muslim yang sah. Karena terjaganya darah dan harta kaum
muslimin serta keamanan negara terlalu berharga untuk dikorbankan. Dari
sinilah kita bisa memetik pelajaran betapa pentingnya kesabaran di dalam
memperjuangkan agama Allah, bukan hanya dorongan semangat dan perasaan
tanpa ilmu dan kesabaran.
Ilmu, amal, dakwah, dan sabar. Inilah empat pilar sukses yang kita
butuhkan di dalam mengarungi kehidupan yang penuh akan godaan dan
rintangan. Semoga Allah berikan kepada kita taufik untuk meraih ilmu
yang bermanfaat dan amal salih.
Post a Comment